Selasa, 28 Januari 2014

Akidah Kaum Sarungan | Buku


Anak Yatim Adalah Anak Kita Semua | Habib Lutfi Bin Yahya | Tausiyah


Pulanglah- Iwan Fals (untuk Munir)


selembar kertas untukmu


Kisah - Sang Suami


Catatan kecil untuk sang malam. 20:20 Wib 28 01 2014


tausiyah yai sobri.



Senin, 27 Januari 2014

selasa, 13:30 Wib 28 01 2014


senin, 27 01 2014.

malam ini aku duduk sendiri diteras depan masjid. Menikmati malam dengan sepasang mata terpejam. Indahnya gemerlap bintang2 di atas sana membuat hayalanku terbang tinggi diatas langit tujuh tingkatan. Sesekali hayalanku terhenti. Ketika kurasan ada satu dua nyamuk mencoba darah segar tubuhku.

Malam begitu mencekam. Aku terdiam. Teringat malam2 dimana peristiwa yang tak patut diungkapkan. Malam itu diumurku yang dibilang sangat belia. Mengatasnakan suka demi kupuasan belaka.

3 tahun ku jalani hidup seorang diri. Menapaki lika liku hidup yang penuh sensasi. Pelajaran2 berharga berdatangan silih berganti. Ada suka ada duka. 3 tahun ku amati malam ini. Apa yang membuatku gila harta, gila tahta, gila wanita. Padahal tak di cari pun mereka akan datang dengan sendirinya. Karna takdir sudah dicatat sebelum kita lahir. Pasti dan harus diyakini.

Senin, 20 Januari 2014

catatan hari ini|catatan hati|catatan inspirasi

Merubah kebiasaan yang sudah
mendarah daging. Sama halnya
membersihkan besi yang sudah
berkarat. Sulit. Namun, jika
dilakukan dengan penuh harap
dan kesabaran, tak mudah putus asa. Sekarat apapun besi
pasti akan hilang karatnya.
Tuhan mempunyai cara dan
rencana yang akal kita tak
mampu menganalisa. Tugas kita
berdo'a dan berusaha. Takdir Tuhan yang menentukannya

Di Batas Terang Cahaya Lilin

by: DEWI MARWANTI
Di Batas Terang Cahaya Lilin

Di batas Terang Cahaya Lilin
Melayang
Semakin meninggi
Terbawa angin
Menuju langit terjauh, ditenggelamkan sinar bulan
Di batas terang cahaya lilin . . .
Tertegun menyembah maha hadir
Tersungkur sujud yang semakin dalam
Rengekan dari mulutku, Rabbi Ribuan kali memanggil-manggil namamu
Kosong melompong . . .
Tak ada tubuh dalam diriku, aku tak bertubuh
Tak ada pikiran dalam otakku, aku tak berotak
Tak ada rasa dalam hatiku, aku mati rasa
Aku berpakaian terasa tertelanjangi
Aku bernafas terasa tertahan
Aku merdeka terasa terkepung
Ya, aku ditelanjangi, ditahan, dikepung dosa-dosa
Dosa yang semakin bertumpuk
Rabbi! Rabbi! Rabbi!
Malam semakin mengembun saja
Kutawar adanya pagi, gulita tak kunjung berganti rupanya
Ah sudahlah!
Biarkan zikirku sejenak merayap
Merasuk, menguak, membelah
Akan kutuliskan kerinduan dalam sisa terang cahaya lilin
Akan kupintal do’a-do’a di tengah kehadiranmu dalam raga
Di batas terang cahaya lilin. . .
Tengadah tanganku menjulang tinggi
Mata terpejam
Helaan nafas bersahutan
seirama nyanyian dzikir
Dalam luapan dzikir yang semakin bergairah
Layaknya aku menjadi juliet hanya milik romeo
Aku menjadi hawa hanya milik adam
Aku menjadi laila hanya milik majnun
Dan aku hanya menjadi milikmu, selamanya

sumber: nu.or.id